Selamat Datang di Blog Dimas Rizki Darmawan KANK DIMAS: HUBUNGAN LATAR BELAKANG GURU PENJAS TERHADAP PRESTASI ATLET script src='http://kendhin.890m.com/blog/tabview.js' type='text/javascript'/>

Minggu, 24 Oktober 2010

HUBUNGAN LATAR BELAKANG GURU PENJAS TERHADAP PRESTASI ATLET

Oleh: Dimas Rizki Darmawan
photo facebook Angga Sucia umbara

Hakekat dari olahraga adalah aktivitas otot-otot besar yang menggunakan energi untuk meningkatkan kebugaran jasmani, “The big muscle activity” yang berarti suatu aktivitas yang melibatkan otot-otot besar. Matveyev (1981) yang dikutip oleh Lutan (1991:12) mengungkapkan bahwa: “Olahraga merupakan suatu kegiatan otot yang enerjik dan dalam kegiatan itu atlet memperagakan kemampuan geraknya dan kemauannya semaksimal mungkin”. Olahraga merupakan kegiatan yang cukup digemari oleh seluruh elemen masyarakat, dari mulai masyarakat pedesaan, masyarakat perkotaan, anak-anak hingga orang tua tentunya pernah melakukan olahraga, sehingga olahraga ini bisa disebut kegiatan yang tak mengenal status, umur dan waktu. Hal ini sesuai yang diungkapkan Supandi (1991:32) bahwa :

Olahraga merupakan kegiatan yang terbuka bagi semua orang sesuai dengan kemampuan, kesenangan dan kesempatan. Tanpa membedakan hak, status sosial, atau derajat dimasyarakat, olahraga dilakukan oleh berbagai unsur dari berbagai lapisan masyarakat seperti menteri, pegawai rendahan, pengusaha, buruh, angkatan bersenjata dan bahkan di kalangan orang cacat sekalipun.


Olahraga memiliki manfaat yang cukup besar bagi manusia yang melakukannya. Olahraga dapat menjadikan seseorang memiliki tubuh yang bugar, berprestasi, mempererat tali silaturahmi serta dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Undang-undang No 3 Tahun 2003 tentang Sistem Keolahragaan Nasional pasal 1 ayat 4 menjelaskan: “Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial.”
Olahraga telah menunjukan kemajuan yang sangat pesat, hal ini dapat dilihat dari beberapa bidang kegiatan dalam keolahragaan seperti olahraga kesehatan, olahraga rekreasi dan olahraga prestasi selalu berusaha meningkatkan suatu hasilnya. Olahraga telah dijadikan ajang kompetisi yang merupakan ajang pembuktian prestasi suatu bangsa, provinsi, kabupaten bahkan lembaga atau klub dalam memperebutkan sutu juara pada ajang pekan olahraga yang dipertandingkan. Sistem pembinaan, organisasi, sarana prasarana serta faktor-faktor yang menunjang terhadap suatu pencapaian prestasi terus ditingkatkan. Khususnya di Indonesia, pembinaan olahraga di usia dini hingga olahraga profesional terus dibina dan dikembangkan, dengan salah satu kegiatannya yaitu mengadakan kegiatan pekan olahraga pelajar, pekan olahraga nasional serta mengadakan kegiatan pekan olahraga yang bertarap internasional.
            Juara adalah harapan dan idaman bagi siapapun yang sedang melakukan kompetisi. Juara merupakan simbol pencapaian tertinggi dari setiap perjuangan yang harus dilewati, di tengah interaksi sosial, budaya dan masyarakat pencapaian tersebut merupakan prestasi atau supremasi yang dapat mengharumkan nama atlet, klub, daerah bahkan negara. Pencapaian seseorang menjadi juara tidaklah mudah. Seorang atlet dapat meraih juara dan berprestasi bukan semata-mata karena keajaiban dan keberuntungan saja, melainkan akumulasi dari beberapa faktor, antara lain meliputi faktor teknis, fisik, kekuatan mental (psikologi) yang akan memberikan kontribusi besar bagi atlet untuk berprestasi, selain itu juga pembinaan dan pencapaian prestasi olahraga tidak bisa lepas dari komponen pelaku (atlet), alat dan pembimbing (pelatih) yang tergabung dalam suatu kesatuan yang disebut tim. Seorang atlet tidak bisa berprestasi secara optimal tanpa adanya peran serta pelatih dan alat, begitupun sebaliknya seorang pelatih tidak akan memberikan kontribusi yang besar apabila tidak didukung dengan alat dan sikap atlet terhadap apa yang diberikan pelatihnya. Ketiga hal tersebut merupakan komponen yang sangat penting bagi ketercapaian suatu prestasi.
            Pembinaan prestasi usia dini dilakukan dengan berbagai kegiatan yang mengedepankan pembibitan seorang atlet. Sekolah-sekolah merupakan lembaga yang dapat ikut andil dalam pembibitan atlet olahraga sedini mungkin, dengan program pembelajaran olahraga yang dikembangkan dalam suatu rancangan pembelajaran di sekolah, disinyalir akan dapat memberikan kontribusi yang sangat besar bagi kemajuan prestasi atlet.
            Peran guru pendidikan jasmani di sekolah memiliki multi fungsi dalam profesionalismenya, selain sebagai tenaga pendidik yang sasarannya hanya mencapai kebugaran siswa di sekolah, guru penjas cenderung memiliki fungsi sebagai pelatih suatu cabang olahraga yang nantinya dapat mencetak atlet-atlet pelajar yang berprestasi, dengan fungsinya sebagai pelatih olahraga di sekolah, guru penjas harus memiliki kemampuan manejerial dalam kapasitasnya sebagai pelatih olahraga. Pelatih adalah seseorang yang memberikan bimbingan bagi atlet-atlenya dalam suatu cabang olahraga. Pelatih harus dapat membina dan meningkatkan faktor kemampuan seorang atlet, baik itu kemampuan segi fisik, teknik, taktik, dan mental, selain itu juga seorang guru penjas dalam memberikan pelatihan harus dapat mencerminkan nilai-nilai positif dalam segala hal terhadap atletnya.
Pengembangan bidang olahraga prestasi telah menjadikan seorang guru penjas untuk terlibat dalam pembinaan atlet pelajar, bahkan seorang guru penjas dapat menjadi penentu tingkat keberhasilan pencapaian prestasi atlet, dengan demikian seorang guru penjas dituntut untuk memiliki kapasitas yang baik terhadap dukungan keilmuannya dalam melatih. Latar belakang tentang kepelatihan seorang guru penjas inilah merupakan modal untuk mengembangkan potensi atlet, sehingga si atlet dapat menerima dan memiliki motivasi yang tinggi dalam menerima segala bentuk latihan yang diberikan kepadanya.
Atlet akan memandang guru/ pelatihnya memiliki pengetahuan jika dia memiliki latar belakang yang cukup baik. Latar belakang di sini merupakan suatu keterangan informasi yang tersiar sebelumnya yang melandasi seseorang untuk melibatkan dirinya dalam melatih suatu cabang olahraga. Banyak faktor yang melatar belakangi seseorang guru penjas menjadi pelatih olahraga di sekolah, tetapi dalam penelitian ini penulis hanya akan menyangkut tentang latar belakang pendidikan, pengalaman dan latar belakang pendidikan non formal yang merupakan pendidikan tambahan dalam kapasitasnya sebagai pelatih atlet pelajar, yang semuanya itu merupakan komponen yang dapat memberikan kontribusi yang cukup besar dalam proses peningkatan prestasi atlet pelajar.
Kondisi saat ini tidak sedikit seorang guru penjas dengan berbagai latar belakangnya telah mampu menciptakan seorang atlet pelajar dalam menggapai suatu prestasi. Begitupun sebaliknya tak sedikit pula dengan berbagai latar belakang seorang guru penjas telah gagal atau belum bisa memberikan suatu peningkatan prestasi terhadap atletnya. Pencapaian prestasi seorang atlet pelajar dapat dibedakan antara atlet yang dididik oleh guru penjas yang berlatar belakang menunjang terhadap kepelatihan olahraga dan guru penjas yang berlatar belakang tidak menunjang terhadap kepelatihan olahraga.
Satu contoh di lapangan dalam suatu proses latihan, seorang atlet akan memiliki motivasi yang tinggi untuk berlatih apabila dia dibimbing oleh seorang guru/ pelatih penjas yang memiliki latar belakang jenjang pendidikan, pengalaman dan keabsahan sebagai seorang pelatih suatu cabang olahraga. Hal ini jauh berbeda dibanding dengan guru penjas yang memiliki latar belakang keolahragaan yang kurang mendukung terhadap kepelatihannya, sehingga dengan hal tersebut akan menunjang bagi tercapainya prestasi atlet. Seorang guru penjas memiliki latar belakang kepelatihan yang berbeda-beda dan hasil prestasi atletnya pun akan berbeda pula. 

4 komentar: