photo proses latihan |
Pendidikan adalah sarana transfer ilmu dari seorang guru kepada muridnya
yang memiliki tujuan untuk memberikan perubahan secara permanen dari hasil
pembelajaran. Program pengajaran pendidikan jasmani merupakan tempat untuk
mengajarkan keterampilan, strategi, konsep-konsep, serta pengetahuan esensial
yang berkaitan dengan hubungan antara kegiatan fisik dengan perkembangan fisik,
otot dan syaraf, kognitif, sosial serta emosional anak. Sesuai yang diungkapkan
Bucher (1960) yang dikutip Sukintaka (2004:16) Bahwa: “Pendidikan jasmani
merupakan bagian integral dari pendidikan total yang mencoba mencapai tujuan
mengembangkan kebugaran jasmani, mental, sosial serta emosional bagi masyarakat
dengan wahana aktivitas jasmani”.
Hal ini berarti bahwa program
pendidikan jasmani yang baik bertindak sebagai dasar yang kokoh dan solid untuk
seluruh program olahraga dan aktivitas fisik di sekolah dan masyarakat. Guru
penjas bertindak sebagai fasilitator dalam pencapaiannya. Guru penjas membuat
suatu program rancangan selanjutnya yaitu program olahraga yang bersifat
rekreatif yang merupakan upaya pengembangan dan perluasan program pendidikan
jasmani ke arah pencapaian olahraga prestasi, program ini di Indonesia lazim disebut program
ekstra-kurikuler.
Program ekstra kurikuler merupakan pogram pengembangan potensi dan bakat
yang dimiliki oleh seorang siswa dalam suatu cabang olahraga, dengan adanya
program inilah fungsi guru penjas tidak sekedar bertujuan untuk mengembangkan kebugaran
jasmani saja melainkan menjadi pelatih bagi peningkatan prestasi atlet pelajar
dalam suatu cabang olahraga dengan didasarkan kepada pendekatan pedagogik.
Sukintaka (2004:96) menyatakan bahwa:
Pelatih olahraga bagi anak sekolah sebaiknya didasari oleh guru
pendidikan jasmani terlebih dahulu, karena titik utama perhatian guru
pendidikan jasmani dalam usaha menanamkan penguasaan keterampilan motorik anak
didiknya ditekankan kepada masalah ranah psikomotor. Jadi, guru pendidikan
jasmani itu bertugas sebagai pelatih kemampuan motorik dam kemampuan dasar
untuk cabang-cabang olahraga.
Pelatihan olahraga pada anak sekolah dari SD sampai SLTA memerlukan
pendekatan pedagogik. Oleh sebab itu, pelatihan itu harus didasarkan oleh guru
pendidikan jasmani sendiri, yang akan mampu mendasari anak agar berolahraga
secara baik.
Peran seorang guru penjas sebagai
pelatih suatu cabang olahraga di sekolah bukan perkara yang aneh. Fungsi utama
guru penjas bukan hanya sebagai peningkat kebugaran jasmani siswa, dengan adanya
program ekstra kulikuler guru penjas telah memiliki fungsi lain yaitu sebagai
pelatih suatu cabang olahraga, ini terbukti dari beberapa temuan bahwa seorang
pelatih yang menangani atlet pelajar adalah guru penjas dan telah mampu
mencetak atlet pelajar untuk berprestasi dalam berbagai kompetisi olahraga.
Perkembangan program pembinaan olahraga prestasi usia dini telah menuntut
guru penjas untuk memiliki kemampuan yang tinggi dibanding sekedar meningkatkan
kebugaran siswa di sekolah. Guru penjas yang bertindak sebagai pelatih suatu
cabang olahraga harus memiliki konsep keilmuan menejerial dalam mencetak atlet
berprestasi. Seorang guru penjas harus menguasai teknik, taktik dan
kaidah-kaidah karakteristik suatu cabang olahraga sehingga mampu membuat suatu
program latihan, melaksanakan latihan, mampu menjadi seorang motivator,
konselor, dan dapat memberikan evaluasi dari berbagai kegiatan kepelatihannya.
Ilmu yang harus dimiliki seorang guru penjas bukan hanya sekedar mengajar di
sekolah formal akan tetapi seorang guru penjas harus memiliki ilmu tentang
kepelatihan dan karakteristik suatu cabang olahraga yang menjadi modal utama
sebagai pelatih. Adanya pekan olahraga pelajar, olimpiade olahraga siswa dan
kompetisi olahraga pelajar lainnya memberikan konsep bahwa seorang guru penjas
memiliki fungsi sebagai pelatih bagi atlet pelajar.
Pelatih dalam olahraga dapat mempunyai fungsi sebagai pembuat atau
pelaksana program latihan, sebagai motivator, konselor, evaluator dan yang
bertanggung jawab terhadap segala hal yang berhubungan dengan kepelatihan
tersebut. Pelatih adalah seorang yang membantu atlet dalam meningkatkan
prestasi olahraganya. Seorang pelatih dituntut untuk menyusun program latihan
guna meningkatkan kemampuan atletnya dengan keadaan atlet tidak merasa tertekan
dalam mengikuti latihan.
Melihat dari tujuan seorang pelatih, Leonard (1990), yang dikutip Monty
(1996:20), mengungkapkan: “Penting bagi seorang pelatih untuk menggairahkan
atlet melakukan program latihan, sehingga latihan tidak lagi dirasakan sebagai
suatu kewajiban tetapi merupakan sesuatu yang digemari oleh atlet untuk
dilakukan.” Sebagai manusia biasa, pelatih sama halnya dengan atlet, mempunyai
kepribadian yang unik yang berbeda antara satu dengan lainnya. Setiap pelatih memiliki
kelebihan dan kekurangan, karena itu tidak ada pelatih yang murni ideal atau
sempura. Gelar pelatih merupakan gelar yang mulia, yang mencerminkan rasa
hormat, respek, tanggung jawab. Gelar pelatih akan berlanjut meskipun tugas
kepelatihannya sudah selesai. Sesuai yang diungkapkan Harsono (1988:5)
menjelaskan ;
Gelar coach atau pelatih adalah gelar atau sebutan yang memancarkan rasa
hormat, resfek, status, tanggung jawab. Gelar coach sering kali bisa berlanjut
meskipun tugas sebagai coach sudah usai. Sekali kita coach, selamanya kita
adalah contoh bagi atlet kita, bagi rekan bagi masyarakat.
Mengisi peran sebagai pelatih, seseorang harus melibatkan diri secara
total dengan atlet asuhannya. Artinya, seorang pelatih bukan hanya mengurusi
masalah atau hal-hal yang berhubungan dengan olahraganya saja, tetapi pelatih
juga harus dapat berperan sebagai teman, guru. Orang tua, konselor, bahkan
psikolog bagi atlet asuhannya, dengan demikian dapat diharapkan bahwa atlet
sebagai seorang yang ingin mengembangkan prestasi, akan mempunyai kepercayaan
penuh terhadap pelatihnya.
Pelatih merupakan ujung tombak dalam upaya menunjang keberhasilan
prestasi olahragawan. Pelatih harus menguasai teori dan metodologi latihan atau
prinsip-prinsip melatih agar atlet mencapai prestasi dengan baik. Bekal dasar
ilmu melatih tersebut merupakan landasan yang berpedoman pada pembinaan dan
peningkatan kondisi fisik, beban latihan, meningkatkan keterampilan, teknik,
taktik dan strategi. Keterlibatan yang mendalam antara pelatih dengan atlet
asuhannya harus dilandasi oleh adanya empati pelatih terhadap atletnya
tersebut. Empati ini merupakan kemampuan pelatih untuk dapat menghayati
perasaan atau keadaan atletnya, yang berarti pelatih dapat mengerti atletnya
secara total tanpa ia sendiri kehilangan identitas pribadinya.
Cara untuk mengerti keadaan atlet dapat diperoleh dengan mengetahui atau
mengenal hal-hal penting yang ada pada atlet yang bersangkutan. Pengetahuan
sekadarnya saja tidak cukup bagi pelatih untuk mengetahui keadaan psikologi
atletnya. Dasar dan sikap mau memahami keadaan psikologi atletnya adalah
pengertian pelatih bahwa setiap orang memiliki sifat-sifat khusus yang
memerlukan penanganan khusus pula dalam hubungan dengan pengembangan
potensinya. Pencapaian tersebut dapat di tunjang dengan keadaan pelatih yang
harus memiliki tingkat wawasan yang tinggi.
Kepribadian seorang pelatih dapat pula membentuk kepribadian atlet yang
menjadi asuhannya. Hal terpenting yang harus ditanamkan pelatih kepada atletnya
adalah bahwa atlet percaya pada pelatih bahwa apa yang diprogramkan dan
dilakukan oleh pelatih adalah untuk kebaikan dan kemajuan si atlet itu sendiri.
Dengan demikian perkembangan yang terus menerus di bidang olahraga menuntuk
guru penjas untuk menjadi soarng pelatih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar