Selamat Datang di Blog Dimas Rizki Darmawan KANK DIMAS: Juni 2012 script src='http://kendhin.890m.com/blog/tabview.js' type='text/javascript'/>

Selasa, 05 Juni 2012

Guru Penjas Sebagai Pelatih Pertama


photo proses latihan 

Pendidikan adalah sarana transfer ilmu dari seorang guru kepada muridnya yang memiliki tujuan untuk memberikan perubahan secara permanen dari hasil pembelajaran. Program pengajaran pendidikan jasmani merupakan tempat untuk mengajarkan keterampilan, strategi, konsep-konsep, serta pengetahuan esensial yang berkaitan dengan hubungan antara kegiatan fisik dengan perkembangan fisik, otot dan syaraf, kognitif, sosial serta emosional anak. Sesuai yang diungkapkan Bucher (1960) yang dikutip Sukintaka (2004:16) Bahwa: “Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan total yang mencoba mencapai tujuan mengembangkan kebugaran jasmani, mental, sosial serta emosional bagi masyarakat dengan wahana aktivitas jasmani”.
 Hal ini berarti bahwa program pendidikan jasmani yang baik bertindak sebagai dasar yang kokoh dan solid untuk seluruh program olahraga dan aktivitas fisik di sekolah dan masyarakat. Guru penjas bertindak sebagai fasilitator dalam pencapaiannya. Guru penjas membuat suatu program rancangan selanjutnya yaitu program olahraga yang bersifat rekreatif yang merupakan upaya pengembangan dan perluasan program pendidikan jasmani ke arah pencapaian olahraga prestasi, program ini di Indonesia lazim disebut program ekstra-kurikuler.
Program ekstra kurikuler merupakan pogram pengembangan potensi dan bakat yang dimiliki oleh seorang siswa dalam suatu cabang olahraga, dengan adanya program inilah fungsi guru penjas tidak sekedar bertujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani saja melainkan menjadi pelatih bagi peningkatan prestasi atlet pelajar dalam suatu cabang olahraga dengan didasarkan kepada pendekatan pedagogik. Sukintaka (2004:96) menyatakan bahwa:

Pelatih olahraga bagi anak sekolah sebaiknya didasari oleh guru pendidikan jasmani terlebih dahulu, karena titik utama perhatian guru pendidikan jasmani dalam usaha menanamkan penguasaan keterampilan motorik anak didiknya ditekankan kepada masalah ranah psikomotor. Jadi, guru pendidikan jasmani itu bertugas sebagai pelatih kemampuan motorik dam kemampuan dasar untuk cabang-cabang olahraga.
Pelatihan olahraga pada anak sekolah dari SD sampai SLTA memerlukan pendekatan pedagogik. Oleh sebab itu, pelatihan itu harus didasarkan oleh guru pendidikan jasmani sendiri, yang akan mampu mendasari anak agar berolahraga secara baik.


 Peran seorang guru penjas sebagai pelatih suatu cabang olahraga di sekolah bukan perkara yang aneh. Fungsi utama guru penjas bukan hanya sebagai peningkat kebugaran jasmani siswa, dengan adanya program ekstra kulikuler guru penjas telah memiliki fungsi lain yaitu sebagai pelatih suatu cabang olahraga, ini terbukti dari beberapa temuan bahwa seorang pelatih yang menangani atlet pelajar adalah guru penjas dan telah mampu mencetak atlet pelajar untuk berprestasi dalam berbagai kompetisi olahraga.
Perkembangan program pembinaan olahraga prestasi usia dini telah menuntut guru penjas untuk memiliki kemampuan yang tinggi dibanding sekedar meningkatkan kebugaran siswa di sekolah. Guru penjas yang bertindak sebagai pelatih suatu cabang olahraga harus memiliki konsep keilmuan menejerial dalam mencetak atlet berprestasi. Seorang guru penjas harus menguasai teknik, taktik dan kaidah-kaidah karakteristik suatu cabang olahraga sehingga mampu membuat suatu program latihan, melaksanakan latihan, mampu menjadi seorang motivator, konselor, dan dapat memberikan evaluasi dari berbagai kegiatan kepelatihannya. Ilmu yang harus dimiliki seorang guru penjas bukan hanya sekedar mengajar di sekolah formal akan tetapi seorang guru penjas harus memiliki ilmu tentang kepelatihan dan karakteristik suatu cabang olahraga yang menjadi modal utama sebagai pelatih. Adanya pekan olahraga pelajar, olimpiade olahraga siswa dan kompetisi olahraga pelajar lainnya memberikan konsep bahwa seorang guru penjas memiliki fungsi sebagai pelatih bagi atlet pelajar.

Pelatih dalam olahraga dapat mempunyai fungsi sebagai pembuat atau pelaksana program latihan, sebagai motivator, konselor, evaluator dan yang bertanggung jawab terhadap segala hal yang berhubungan dengan kepelatihan tersebut. Pelatih adalah seorang yang membantu atlet dalam meningkatkan prestasi olahraganya. Seorang pelatih dituntut untuk menyusun program latihan guna meningkatkan kemampuan atletnya dengan keadaan atlet tidak merasa tertekan dalam mengikuti latihan.
Melihat dari tujuan seorang pelatih, Leonard (1990), yang dikutip Monty (1996:20), mengungkapkan: “Penting bagi seorang pelatih untuk menggairahkan atlet melakukan program latihan, sehingga latihan tidak lagi dirasakan sebagai suatu kewajiban tetapi merupakan sesuatu yang digemari oleh atlet untuk dilakukan.” Sebagai manusia biasa, pelatih sama halnya dengan atlet, mempunyai kepribadian yang unik yang berbeda antara satu dengan lainnya. Setiap pelatih memiliki kelebihan dan kekurangan, karena itu tidak ada pelatih yang murni ideal atau sempura. Gelar pelatih merupakan gelar yang mulia, yang mencerminkan rasa hormat, respek, tanggung jawab. Gelar pelatih akan berlanjut meskipun tugas kepelatihannya sudah selesai. Sesuai yang diungkapkan Harsono (1988:5) menjelaskan ;

Gelar coach atau pelatih adalah gelar atau sebutan yang memancarkan rasa hormat, resfek, status, tanggung jawab. Gelar coach sering kali bisa berlanjut meskipun tugas sebagai coach sudah usai. Sekali kita coach, selamanya kita adalah contoh bagi atlet kita, bagi rekan bagi masyarakat.


Mengisi peran sebagai pelatih, seseorang harus melibatkan diri secara total dengan atlet asuhannya. Artinya, seorang pelatih bukan hanya mengurusi masalah atau hal-hal yang berhubungan dengan olahraganya saja, tetapi pelatih juga harus dapat berperan sebagai teman, guru. Orang tua, konselor, bahkan psikolog bagi atlet asuhannya, dengan demikian dapat diharapkan bahwa atlet sebagai seorang yang ingin mengembangkan prestasi, akan mempunyai kepercayaan penuh terhadap pelatihnya.
Pelatih merupakan ujung tombak dalam upaya menunjang keberhasilan prestasi olahragawan. Pelatih harus menguasai teori dan metodologi latihan atau prinsip-prinsip melatih agar atlet mencapai prestasi dengan baik. Bekal dasar ilmu melatih tersebut merupakan landasan yang berpedoman pada pembinaan dan peningkatan kondisi fisik, beban latihan, meningkatkan keterampilan, teknik, taktik dan strategi. Keterlibatan yang mendalam antara pelatih dengan atlet asuhannya harus dilandasi oleh adanya empati pelatih terhadap atletnya tersebut. Empati ini merupakan kemampuan pelatih untuk dapat menghayati perasaan atau keadaan atletnya, yang berarti pelatih dapat mengerti atletnya secara total tanpa ia sendiri kehilangan identitas pribadinya.
Cara untuk mengerti keadaan atlet dapat diperoleh dengan mengetahui atau mengenal hal-hal penting yang ada pada atlet yang bersangkutan. Pengetahuan sekadarnya saja tidak cukup bagi pelatih untuk mengetahui keadaan psikologi atletnya. Dasar dan sikap mau memahami keadaan psikologi atletnya adalah pengertian pelatih bahwa setiap orang memiliki sifat-sifat khusus yang memerlukan penanganan khusus pula dalam hubungan dengan pengembangan potensinya. Pencapaian tersebut dapat di tunjang dengan keadaan pelatih yang harus memiliki tingkat wawasan yang tinggi.
Kepribadian seorang pelatih dapat pula membentuk kepribadian atlet yang menjadi asuhannya. Hal terpenting yang harus ditanamkan pelatih kepada atletnya adalah bahwa atlet percaya pada pelatih bahwa apa yang diprogramkan dan dilakukan oleh pelatih adalah untuk kebaikan dan kemajuan si atlet itu sendiri.
Dengan demikian perkembangan yang terus menerus di bidang olahraga menuntuk guru penjas untuk menjadi soarng pelatih.